Inferensi dalam Logika Order Pertama
9.1 Mengubah inferensi order pertama menjadi inferensi proposisi
Inferensi pada logika proposisi dapat dilakukan dengan
menggunakan resolusi. RESOLUSI adalah suatu aturan untuk melakukan
inferensi yg dapat berjalan sec
Mengubah inferensi order pertama menjadi inferensi proposisi
Inferensi pada logika proposisi dapat dilakukan dengan
menggunakan resolusi. RESOLUSI adalah suatu aturan untuk melakukan
inferensi yg dapat berjalan secara efisien dalam suatu bentuk khusus yg
disebut Conjunctive Normal Form (CNF).
• CNF ini
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
– Setiap
kalimat merupakan disjungsi literal
– Semua
kalimat terkonjungsi secara implisit
• Dua
atau lebih proposisi dapat digabungkan dengan menggunakan operator logika :
a. Negasi : Ø (NOT)
b. Konjungsi : Ù (AND)
c. Disjungsi : Ú (OR)
d. Implikasi : ® (IF-THEN)
e. Ekuivalen : Û
• Operator
NOT :
digunakan untuk memberikan nilai negasi (lawan) dari pernyataan yang telah ada.
• Langkah-langkah
mengubah kalimat ke dalam bentuk CNF, sebagai berikut :
> hilangkan implikasi dan ekuivalensi
mis. X ® Y
menjadi ØX Ú Y (hukum implikasi)
X Û Y menjadi (X=>Y) Ù (Y=>X) (hukum
bi-implikasi)
(ØX Ú Y)Ù(ØY Ú X) (hukum implikasi)
> kurangi lingkup semua negasi menjadi
satu negasi saja
mis. Ø(Ø X)
menjadi X (hukum negasi ganda)
Ø(X Ú Y) menjadi (ØX Ù ØY) (hukum de’Morgan)
Ø(X Ù Y) menjadi (ØX Ú ØY) (hukum de’Morgan)
> gunakan aturan assosiatif dan distributif untuk
mengkonversi menjadi conjunction of disjunction
mis. Assosiatif :
(A Ú B) Ú C = A Ú (B Ú C)
Distributif : (A Ù B) Ú C =
(A Ú C) Ù (B Ú C)
• Algoritma
Resolusi
Input : serangkaian clauses yang disebut axioma dan tujuannya.
Output :uji apakah tujuan diturunkan dari axioma
Begin
1. Kembangkan serangkaian pernyataan axioma termasuk tujuan yang
dinegasikan
2. Representasikan tiap elemen statemen ke dalam Conjunctive Normal Form (CNF)
berdasarkan langkah-langkah berikut :
Ø Hilangkan operator “if-then” dengan
operasi NEGATION dan OR berdasarkan hukum logika
• Algoritma
Resolusi
Input : serangkaian clauses yang disebut axioma dan tujuannya.
Output :uji apakah tujuan diturunkan dari axioma
3. Repeat
a. Pilih dua clauses mana saja dari S, sehingga
satu clause berisi literal yang dinegasikan dan clause yang lainnya berisi
literal positif yang berhubungan (literal yang tidak dinegasikan)
b. Pisahkan dua clauses ini dan panggil clause yang
dihasilkan (resolvent). Hapus parent clause dari S.
Until sebuah clause null dihasilkan atau
tidak ada progress lebih lanjut yang bisa dibuat
4. Jika sebuah clause null dihasilkan, maka “tujuan
terbukti” atau Pernyataan “valid”
9.2 Unifikasi
Unifikasi adalah usaha untuk mencoba membuat dua
ekspresi menjadi identik (mempersatukan keduanya) dengan mencari substitusi-substitusi
tertentu untuk mengikuti peubah-peubah dalam ekspresi mereka tersebut.
Unifikasi merupakan suatu prosedur sistematik untuk memperoleh peubah-peubah
instan dalam wffs. Ketika nilai kebenaran predikat adalah sebuah fungsi
dari nilai-nilai yang diasumsikan dengan argumen mereka, keinstanan terkontrol
dari nilai-nilai selanjutnya yang menyediakan cara memvalidasi nilai-nilai
kebenaran pernyataan yang berisi predikat. Unifikasi merupakan dasar atas
kebanyakan strategi inferensi dalam Kecerdasan Buatan. Sedangkan dasar dari
unifikasi adalah substitusi.
Suatu substitusi (substitution) adalah suatu himpunan
penetapan istilah-istilah kepada peubah, tanpa ada peubah yang ditetapkan lebih
dari satu istilah. Sebagai pengetahuan jantung dari eksekusi Prolog, adalah
mekanisme unifikasi.
Aturan-aturan unifikasi :
1. Dua atom (konstanta atau
peubah) adalah identik.
2. Dua daftar identik, atau
ekspresi dikonversi ke dalam satu buah daftar.
3. Sebuah konstanta dan satu
peubah terikat dipersatukan, sehingga peubah menjadi terikat kepada konstanta.
4. Sebuah peubah tak terikat
diperssatukan dengan sebuah peubah terikat.
5. Sebuah peubah terikat
dipersatukan dengan sebuah konstanta jika pengikatan pada peubah terikat dengan
konstanta tidak ada konflik.
6. Dua peubah tidak terikat
disatukan. Jika peubah yang satu lainnya menjadi terikat dalam upa-urutan
langkah unifikasi, yang lainnya juga menjadi terikat ke atom yang sama (peubah atau
konstanta).
7. Dua peubah terikat disatukan
jika keduanya terikat (mungkin melalui pengikatan tengah) ke atom yang sama
(peubah atau konstanta).
9.3 Generalized Modus Ponens (GMP)
Kaidah dasar dalam menarik kesimpulan dari dua nilai
logika tradisional adalah modus ponens, yaitu kesimpulan tentang nilai
kebenaran pada Bdiambil berdasarkan kebenaran pada A. Sebagai contoh,
jika A diidentifikasi dengan “tomat itu merah” dan B dengan
“tomat itu masak”, kemudian jika benar kalau “tomat itu merah” maka “tomat itu
masak”, juga benar. Konsep ini digambarkan sebagai berikut:
premise 1
(kenyataan)
|
:
|
x adalah A,
|
premise 2
(kaidah)
|
:
|
jika x adalah A maka y adalah B.
|
Consequence (kesimpulan)
|
:
|
y adalah B.
|
Secara umum dalam melakukan penalaran, modus
ponens digunakan dengan cara pendekatan. Sebagai contoh, jika ditemukan
suatu kaidah implikasi yang sama dengan “jika tomat itu merah maka tomat itu
masak”, misalnya “tomat itu kurang lebih merah,” maka dapat disimpulkan “tomat
itu kurang lebih masak”, hal ini dapat dituliskan seperti berikut:
premise 1
(kenyataan)
|
:
|
x adalah A’,
|
premise 2
(kaidah)
|
:
|
jika x adalah A maka y adalah B.
|
Consequence (kesimpulan)
|
:
|
y adalah B’.
|
Dengan A’adalah dekat ke A dan B’adalah
dekat ke B. Ketika A, B, A’ dan B’adalah himpunan
fuzzy dari semesta yang berhubungan, maka penarikan kesimpulan seperti tersebut
dinamakan penalaran dengan pendekatan (approximate reasoning) yang disebut juga
dengan generalized modus ponens (GMP).
9.4 Rangkaian Forward dan backward
Forward chaining merupakan metode inferensi yang melakukan
penalaran dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis sesuai dengan
situasi (bernilai TRUE), maka proses akan menyatakan konklusi. Forward chaining
adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia
dan baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar
dan tidak dalam, maka gunakan forward chaining.
Contoh :
Terdapat 10 aturan yang tersimpan dalam basis pengetahuan
yaitu :
R1 : if A and B then C
R2 : if C then D
R3 : if A and E then F
R4 : if A then G
R5 : if F and G then D
R6 : if G and E then H
R7 : if C and H then I
R8 : if I and A then J
R9 : if G then J
R10 : if J then K
Komentar
Posting Komentar